Sirah Nabawiyah
Ringkasan
Oleh Mas Wahyu
Episode 1.
Ikhtila’
(Menyendiri) Di Gua Hira’
Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada
diri Nabi saw kecenderungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah menumbuhkan pada
dirinya rasa senang untuk melakukan ikhtila’ (menyendiri) di gua Hira’ (hira’
adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia
menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kadang sampai
sepuluh malam, kadang lebih dari itu, sampai satu bulan. Kemudian beliau kembali
ke rumahnya sejenak hanya untuk mengambil bekal baru untuk melanjutkan
Ikhtila’-nya di gua Hira’. Demikianlah Nabi saw terus melakukannya sampai turun
wahyu kepadanya
ketika beliau sedang melakukan ‘uzlah.
Permulaan Wahyu
·
Peristiwa turunnya wahyu
·
Kasus Waraqah Bin Naufal
·
Turunnya Wahyu yang kedua
·
Wahyu Selanjutnya (Perintah
Dakwah)
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a. menceritakan
cara permulaan wahyu, ia berkata : “Wahyu
pertama diterima oleh Rasulullah saw dimulai dengan suatu mimpi yang benar.
Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi
hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwah (‘uzlah).
Beliau melakukan khlwat di guaHira’ melakukan ibadah selama beberapa malam,
kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal.
Demikianlah berulang kali hingga suatu sat beliau dikejutkan dengan datangnya
kebenaran di dalam gua Hira’. Pada suatu hari datanglah Malaikat lalu berkata,“
Bacalah“.
Beliau
menjawab, “Aku tidak dapat membaca.“
Rasulullah
saw menceritakan lebih lanjut, Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku
sehingga aku merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi, “Bacalah“
Aku menjawab , “Aku tidak dapat membaca“ . Ia mendekati aku lagi dan
mendekapku, sehingga aku merasa tidak berdaya sama sekali, kemudian aku
dilepaskan. Ia berkata lagi,“ Bacalah“ Aku menjawab, “Aku tidak dapat
membaca.“ Untuk yang ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga
aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi,“
Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan .. menciptakan manusia dari
segumpal darah...“ dan seterusnya.
Rasulullah saw segera pulang dalam keadaan gemetar
sekujur badannya menemui Khadijah lalu berkata, “Selimutilah aku... selimutilah
aku..“ Kemudian beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu
beliau berkata kepada Khadijah,“ Hai Khadijah , tahukah engkau mengapa aku tadi
begitu ?“ Lalu beliau menceritakan apa yang baru dialaminya. Selanjutnya beliau
berkata : „Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk jin
) Siti Khadijah menjawab : Tidak! Bergembiralah ! Demi Allah sesungguhnya tidak
akan membuat anda kecewa. Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga,
selalu menolong orang yang susah, menghormati tamu dan membela orang yang
berdiri di atas kebenaran.
Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah saw
pergi menemui Waraqah bin naufal, salah seroang anak paman Siti Khadijah. Di
masa jahiliyah ia memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis huruf Ibrani, bahkan
pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang
sudah lanjut usia dan telah kehilangan penghilatannya.
Kepadanya Khadijah berkata : “Wahai anak pamanku,
dengarkanlah apa yang hendak dikatakan oleh anak- lelaki saudaramu ( yakni
Muhammad saw )“. Waraqah bertanya kepada Muhammad saw, “Hai anak
saudaraku, ada apakah gerangan ?“
Rasulullah
saw , kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialami di dalam gua Hira’.
Setelah mendengar keterangan Rasulullah saw Waraqah berkata : “Itu adalah
Malaikat ynag pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya
aku masih muda perkasa ! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala
kamu diusir oleh kaummu!”.
Rasulullah
saw bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku?“ Waraqah menjawab, “Ya“ “Tak seorangpun yang datang
membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku
masih hidup dan mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, pasti kamu kubantu
sekuat tenagaku.“
Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia, dan untuk
beberapa waktu lamanya Rasulullah saw tidak menerima wahyu. Terjadi
perselisihan tentang berapa lama wahyu tersebut terhenti. Ada yang mengatakan
tiga tahun, dan ada pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang lebih
kuat ialah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa terhentinya wahyu
tersebut selama enam bulan.
Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Baihaqi meriwayatkan
sebuah riwayat dari jabir bin Abdillah, ia berkata : “Aku mendengar
Rasulullah saw berbicara tentang terhentinya wahyu. Beliau berkata kepadaku: “Di
saat aku sdang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika
kepada kuangkat , ternyata Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’“, kulihat
sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang menemui
istriku dan kukakatan kepadanya, “Selimutilah aku, selimutilah aku....
selimutilah aku....!
Sehubungan
dengan itu Allah kemudian berfirman (74:1-10) : “hai orang yang
berselimut, bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-mu, sucikanlah
pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa....“ Sejak itu wahyu mulai diturunkan
secara kontinyu.
Beberapa ayat yang turun : 73:1-7,
68:1-10.
bersambung..
0 komentar:
Posting Komentar