
Entah apa yang membuat sejarawan dan orang-orang Indonesia menggunakan kata
syajaratun sebagai kata serapan dalam mengistilahkan kata sejarah
Secara terminologis, kata “sejarah” diambil dari bahasa Arab, “syajaratun”
yang berarti pohon. Secara istilah, kata ini memberikan gambaran sebuah
pertumbuhan peradaban manusia dengan filosofi “pohon”. Pohon tumbuh bermula
dari biji yang kecil menjadi pohon yang lebat dan rindang serta
berkesinambungan.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pohon adalah penghasil oksigen
terbesar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup, yaitu untuk bernafas. Namun,
sebenarnya pohon tak sekedar tumbuhan yang hidup dan menjadi penghasil oksigen,
tetapi cara dan bagaimana dia tumbuh, serta organ-organ pendukungnya bisa
dijadikan inspirasi. Bahkan Al-Qur’an telah memberi analogi ini sejak 15 abad
yang lalu.
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya
dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
Pohon bisa tumbuh menjadi besar dan kuat berawal dari sebuah biji,
yang kemudian tumbuh berakar kuat menancap di tanah hingga menumbuhkan batang,
cabang dan ranting yang kuat sampai akhirnya menjadi pohon yang rindang / lebat.
Tak berakhir sampai disitu, pohon tadi akan terus menghasilkan buah yang
menyenangkan hati bagi penanamnya. Hingga biji-biji yang tersimpan di dalam
buah nantinya akan jadi tunas-tunas baru. Bila pohon itu sehat, berbuah dan
tumbuhnya proposional serta kokoh akan mampu tahan terhadap penyakit, terpaan
angin, hujan, atau hal-hal lain yang mengancam dirinya dari luar. Karena begitu
rindangnya pohon tadi, akan ada banyak makluk lain yang tinggal di sekeliling
pohon itu. Sehingga pohon tadi seolah seperti tempat tinggal dan sumber
kehidupan.
Singkat kata, syajarah memberi gambaran tentang gerak perubahan sebuah
kehidupan. Sedangkan hubungan antara filosofi pohon dengan pengertian sejarah
adalah sejarah merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak
perubahan-perubahan manusia dan karakter-karakternya. Perjalanan hidup manusia
itu bahkan seperti pohon, dari lahir manusia tumbuh hingga menjadi besar
bersama dengan manusia-manusia yang lain membentuk sebuah komunitas dan dengan
komunitas itulah segala kebutuhan dan aktivitas dapat berjalan dengan lancar.
Sehingga dengan kerjasama antar satu dengan yang lain dalam sebuah komunitas
(bangsa/kaum) manusia mencapai kejayaan atau bahkan kehancuran. Sehingga dengan
pasti gerak perubahan manusia itu menuju pada arah kejayaan atau kehancuran
yang dengannya manusia terkadang tidak menyadarinya. Begitu seterusnya hingga
generasi-generasi penerusnya mencapai salah satu dari dua hal tersebut. Itulah
sejarah... yang kita bisa ambil dari sejarah adalah makna dari
perubahan-perubahan yang telah dibuat oleh para pendahulu kita. Sehingga kita
bisa ambil itu menjadi pelajaran untuk digunakan sebagai petunjuk dalam
kehidupan masa mendatang.
Maka sesungguhnya, dari petunjuk Al Qur’an, bahwa pengertian “syajarah”
berkaitan erat dengan “perubahan”. Dan perubahan yang dimaksud bermakna “gerak”
kehidupan manusia. Gerak kehidupan itu adalah dalam rangka menerima dan
menjalankan fungsinya sebagai “khalifah” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30). Maka tugas
hidup manusia dimuka bumi adalah :” menciptakan perubahan sejarah”
(khalifah).
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
Terakhir, dalam memahami gerak sejarah
yang dilalui oleh generasi pendahulu, maka harus ada kemampuan menangkap pesan
tersirat (Ibroh) di dalamnya. Sebagaimana QS. Yusuf [12]: 111;
Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran (ibroh) bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Menangkap pesan-pesan sejarah sejatinya adalah untuk menciptakan sejarah
itu sendiri, sebab untuk mengetahui “pohon sejarah” apa yang sedang dibuat. “Kasyajaratin thayyibah” pohon sejarah yang sukses dengan fondasi akar yang kuat,
batang yang menjulang dan ranting yang merindang serta buah sejarah yang bisa
dinikmati sepanjang musim. Atau justru “Kasyajaratin khabisyah”
pohon sejarah yang rapuh, akar yang tercabut dari bumi, tidak ajeg dalam
hidup yang akhirnya mudah runtuh dan rubuh.
Penulis: Wahyu Indarto (17 Rabiuts Tsani 1437 Hijriah)
Dari berbagai referensi;
Al-Qur’anul Karim (terjemahan)
0 komentar:
Posting Komentar